Wednesday 7 September 2011

esai #2

teks ini hanya berisi pemikiran yang mungkin tidak semua dapat mencerna.
cerita ini bukan dengan maksud negatif, gua menulis ini agar gua dapat mengambil pelajaran bila suatu hari membaca ini.




Kisah untukmu, ibuku.

ibuku adalah seorang anak dari 12 bersaudara, dan dialah yang paling disayang oleh ayahnya. mungkin itu yang ga merubah tempramen dari dulu sampai sekarang sebagai ibu yang agak galak. haha

ibuku, dengarkan yaa. walaupun aku lebih klop dengan ayah, aku ga bisa memungkiri begitu sakitnya hati anakmu ini jika aku mendengar sesuatu yang tidak baik tentangmu. aku gapapa jika teman memanggilku dengan sebutan nama ayah yang diejek, tapi aku ga pernah terima jika namamu yang menjadi bahan ejekan.
ibu, kau terlalu sering sih marahin anakmu ini, jadi sekarang aku agak kebal dengan teriakan marah sayangmu itu. kalau di rumah sedang marah, hanya akulah anakmu yang selalu senyum ketika kau marah. dea dan diffa selalu cemberut kan? hahaha
ibu, aku paling tidak suka adikku membangkang kepadamu, selalu aku yang memarahi mereka ketika hatimu sakit karena tingkah laku mereka dan ucapan mereka. ya kan?
kau selalu memberikan segala sesuatu kepadaku lebih baik dan lebih banyak dari adik-adikku. aku jarang loh mengucapkan terima kasih kepadamu, aku ga pernah kuat mengucapkan kata-kata yang manis kepadamu, karena selalu saja membuatku terharu.
oya, aku ga pernah berpikir bahwa dengan lahirnya adikku yang terakhir semua sayangmu jadi berkurang. kau selalu bicara kepada kami bertiga, akulah yang paling-paling diantara yang lain. paling sering dibeliin mainan, paling sering usil di rumah orang, paling berprestasi, paling giat hafalan qur'an, paling bandel dibilangin, paling ga nyambung di seantero rumah kita. hahaha
ibu, aku memang jarang cerita padamu yah? soalnya dikit-dikit kau marah sih. apalagi kalo udah mulai ga nyambung, anakmu ini jadi kesel, masa udah berbusa ngomong cuma bilang; 'oo ya ya'. hahahaha
kau bersedia menyembunyikan keburukanku ke ayah, tanpa kuminta. yaa walaupun hanya beberapa hal saja siih. tapi menurutku kau sudah berusaha melindungiku juga dengan cara yang sesimpel itu.
menurutku, aku mewarisi sikapmu yang tidak malu-malu berbicara di depan umum. aku juga mewarisi hidung mancung darimu, mewarisi brewok ini juga dari keluargamu yang semua laki-lakinya brewokan. hahaha
ibu, anakmu ini ga kuat loh melihatmu menangis, makanya tiap kau menangis ketika solat, aku keluar aja. melihatmu menangis saja ga kuat, apalagi mengusap air matamu ketika kau menangis, bisa-bisa anak cowomu satu-satunya ini terlihat cengeng.
ibu, ingat ga betapa ketatnya peraturan yang kau buat? aku saja kau larang pacaran sampai selesai kuliah nanti. alhasil anakmu ini selalu backstreet darimu. tapi aku bukan karena gamau matuhin peraturan yang kau buat. aku hanya ingin belajar memahami anugerah yang diberikan Allah dalam menyukai perempuan.
ibu, cubitanmu itu sakiiit banget. waktu aku kecil, cubitanmu saja mampu buat kulitku biru. mungkin karena waktu kecil dulu aku bandel sekali ya? hahaha. satu hal yang selalu kuingat, setelah kau mencubitku, kau kembali datang bawa minyak kayu putih dan mengoleskannya ke kulitku yang membiru itu, kemudian meminta maaf kepadaku. padahal aku yang seharusnya meminta maaf kepadamu looh. oya, mengusap minyak kayu putihnya tapi lain kali jangan keras-keras yaa, sakit soalnya. hehe
semua barang yang kau belikan, pasti awalnya aku gamau pake. karena menurutku barang itu ga bagus. tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar kalo barang-barang yang kau belikan itu baguus semua. ga out of date malah. hehe
ibu, kau ingat kalo aku bawa kendaraan, pasti kau ketakutan. kalo bawa motor, kau selalu mencubitku kalo agak mereng, atau agak ngebut, atau agak nekat. hahaha. tapi cubitanmu itu sakit banget. haah. kalo aku bawa mobil, pasti segala detailnya kau lihat, terus bilang: 'ih, mama aja bisa bla bla bla'. sampe bosen mah dengernya, hehe.
ibu, kalau kau sakit, aku memijit betis atau pundakmu kan? yaa walaupun seringnya kau yang meminta dan bukan aku yang inisiatif. dan kau pasti selalu sendawa gitu. hahahahahaa


sekarang, anakmu jauh darimu, ibu. lebaran ini adalah lebaran pertama kita tak bersama-sama. ya kan? waktu kau menelponku kemarin, kenapa kau menangis? aku tak suka mendengarmu begitu. kau buat aku berusaha untuk tidak ikut menangis juga. aku jadi teringat lebaran tahun kemarin, ketika aku meminta maaf kepadamu aku mengatakan maaf sambil menahan air mataku. tapi ketika tanganmu membelai halus rambut anakmu ini, aku tak kuasa lagi menahannya, dan menangis didepanmu. kemudian kau mengelus punggungku, untuk meredakan tangisanku. waktu itu, karena aku menangis, aku malah membuat ibu menangis juga ya? maafkan anakmu yang selalu saja membuatmu menangis bu.
sekarang, aku berusaha untuk tidak menjadi anak ibu yang cengeng lagi. anakmu ini lemah sekali kalo melihat perempuan menangis bu, ga hanya ibu saja. sahabatku dan mantanku pun tak mau kudengar atau kulihat mereka menangis, karena aku ga kuat melihatnya. tapi gapapa kan bu? setidaknya ini jadi salah satu kelemahanku sebagai manusia biasa.
ibu, kuingiiin sekali bahagiakan dirimu. tapi aku selalu saja kurang membahagiakanmu, karena aku bandel sekali. aku saja ga kuat mengucapkan kata terima kasih dan maaf kepadamu. nanti malah membuat anakmu ini menangis. hehe
tapi aku ga akan berhenti berusaha bahagiakanmu ibu. aku mau merealisasikan keinginanmu untuk umroh sekeluarga. doakan aku terus ya bu.


aku sangat amat menyayangimu bu. aku gamau kau kenapa-kenapa. jaga dirimu baik-baik ya disana, biar aku disini semangat belajar.
ibu, ketahuilah, kubuat secarik ini dengan menangis. setiap kata yang kutulis, kuingat banyak sekali kenangan manis terlintas yang kau berikan kepadaku, rasanya ingin meledak menangis memelukmu bu.
ibu, aku tak mau menyesal membuat kumpulan kisah kecil ini sewaktu kau benar-benar meninggalkanku selamanya, jadi aku buat sekarang. aku takut nanti aku tak bisa membuat secarik seindah ini hanya karena nanti aku terus menangisi kepergianmu.
terima kasih atas cintamu ibu, maafkan anakmu yang tak pernah cukup untuk membalas besar cintamu.






esai #2, selesai