Saturday 2 June 2012

Awkward Share #5, hakikat hidup






seindah apapun gambar sebuah sketsa, lebih indah sketsa yang memiliki warna.
pernah ga sih lo secara ekstrim berubah 180º dari kebiasaanlo?
pernah ga sih dirilo bertanya, banyak bertanya, tentang segala hal yang mungkin menurut orang lain itu tidaklah penting.
pernah ga sih lo menyangkal semua fakta, keharusan, dan doktrin yang entah mengapa kita mesti dapatkan dan kenapa mesti patuh?


hahahaha mungkin ini yang dimaksud masa muda adalah masa mencari jati diri. berada jauh dari ayah dan ibu buat gua belajar satu hal yang penting, yaitu hakikat kehidupan. di kesendirian yang seperti ini banyak hal yang gua pertanyakan mengenai keadaan gua sekarang. mengapa harus belajar, kemudian bekerja, berkeluarga, dan mati. mengapa harus berjalan di atas tanah yang bukan milik kita, dan terus diterbangkan keangkuhan, dijatuhkan rasa kecil hati. mengapa semua tampak tidak biasa, dan ingin keluar.
gua merasa menjadi seorang tokoh utama dalam sebuah komik, komik yang standar, komik yang bahkan gua sebagai tokoh utama enggan buat ngebacanya. gua seperti menolak diri gua sendiri, bertanya tentang segala hal dengan pertanyaan ambigu, dan menjawab segala sesuatu dengan jawaban yang mengesampingkan realita.
entah kenapa gua senang melihat sesuatu yang orang bilang 'sudah semestinya' yang biasa diacuhkan orang lain. gua tersenyum melihat kucing yang menjilati tubuhnya dengan tenang, gua tersenyum melihat daun pohon sukun yang gugur dan sesekali mengenai pundak gua. gua tersenyum melihat awan apapun keadaannya, gua tersenyum tukang becak tidur di becaknya dengan tenang, gua tersenyum ketika orang berbuat salah kepada gua, dan gua malah menyalahkan diri sendiri. tapi satu hal, kenapa gua sulit tersenyum untuk membanggakan diri sendiri? semuanya terasa sulit untuk gua terima. semua hal yang gua punya ternyata bukanlah punya gua. semua dari orang lain, dan dari lingkungan yang selalu melingkupi gua.

gua sesekali berpikir, mungkin dia bisa saja menjadi gua, dan gua menjadi dia. hal besar yang membuat semuanya berbeda adalah bantuan orang lain dan lingkungan yang melingkupi salah satu diantara kami. dan akhirnya salah satu simpulan kecil bisa gua ambil, 'buat apa menjadi spesial seperti orang lain? sedangkan lo ga bisa menemukan hal yang spesial dari dalam dirilo sendiri?'. gua berpikir meneladani seorang sosok bukanlah harus menjadi seperti dia, melainkan harus lebih baik dari dia, walaupun mustahil.

gua sesekali berpikir, apa sebenarnya tujuan yang paling tepat ketika lo melaksanakan sesuatu yang normal? sebenarnya untuk apa jauh-jauh mencari ilmu? sebenarnya untuk apa bersusah payah bekerja? untuk apa berbuat baik dengan terpaksa, untuk apa berbuat jahat dengan terpaksa? apakah ada sesuatu yang terlewat di sebuah keharusan yang mutlak dalam diri? apakah ada yang tertinggal dan hilang pada orang-orang ini? apakah mereka menyerah untuk menjawab pertanyaan ketika pemikiran mereka semasa dengan pemikiran gua? dan yang bisa gua simpulkan, 'jika dirilo diibaratkan sesuatu, mungkin hanya berupa sebuah sketsa, yang mana sketsa itu menjelaskan hal yang sangat banyak dan kompleks samalo, tapi sketsa itu ga begitu bermakna buat orang lain. dan warna yang kita isi disetiap detailnya akan terus menerus penuh hujatan orang lain, dan menghapus warna esensi sketsa dengan warna yang diinginkan orang lain.'


tulisan gua diatas mungkin ga begitu penting dan sulit dimengerti. hahaha
gua cuma ingin, suatu saat nanti ketika gua kembali membaca ini, gua berharap bisa menjawab pertanyaan itu dengan benar, dan menjelaskan hakikat hidup bukan dalam bentuk pertanyaan, melainkan dalam bentuk jawaban pasti.

No comments:

Post a Comment